Jumat, 24 Juni 2011

HARGAI WAKTU


            Dalam sehari-semalam masing-masing dari kita memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam. Dalam perjalanannya, detik berlari mengejar menit, menit berjalan menyusul jam, tanpa terasa waktu telah berlalu meninggalkan kita dan takkan mungkin untuk di putar ulang. Apa yang telah terjadi akan menjadi sejarah, kenangan dan cerita bagi generasi yang akan datang. Apa yang kita hadapi sekarang adalah kenyataan hidup yang harus kita lewati. Dan tentang masa yang akan datang adalah suatu misteri ilahi yang belum terpecahkan.
            Waktu adalah uang, bagi orang yang bekerja. Waktu adalah luang, bagi mereka yang menghabiskannya dengan sia-sia atau bahkan waktu adalah pedang, bagi orang yang selalu menggunakannya dengan hati-hati. Dengan kata lain, waktu dapat digunakan dalam kebaikan namun jika tidak , ia akan menjelma menjadi kejelekan.
            Setiap makhluk hidup pasti mati. Semuanya telah memiliki waktu yang telah ditentukan oleh Allah swt atau yang lazim kita sebut dengan ajal. Ya, itulah ajal, yang merupakan sebuah misteri, teka-teki yang belum terpecahkan dan tidak akan terpecahkan. Bila ajal datang menjemput, maka ia tidak melihat apakah itu tua renta, muda belia atau bahkan yang baru lahir sekalipun.
            Seandainya jika waktu diibaratkan bagi kaum pedagang, maka waktu tersebut adalah modal utama yang hanya dengannya lah ia akan berniaga untuk mencari keuntungan. Dan pada prinsip ekonomi, bagaimana mengupayakan modal yang sedikit guna mengeruk keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Mantap memang prinsip tersebut, tapi pada kenyataannya untung dan rugi bagi mereka sesuatu yang sudah biasa dan datang silih berganti. Tapi, apakah kita semua sadar dan menyadarinya dalam menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
            Sebagai makhluk hidup, kita melewati beberapa fase. Fase anak-anak beranjak menuju dewasa kemudian berpindah pada masa tua, masa yang selalu ditakuti oleh semua orang ketika ia tak kuat seperti dulu. Dalam urutan fase yang kita lewati, ada fase remaja yang yang dikatakan sangat menentukan untuk fase selanjutnya. Kejayaan suatu umat maupun kehancurannya, keberhasilan dalam menggapai kebahagian maupun kesengsaraannya, sangat dipengaruhi oleh para remaja dalam mengisi dan mengatur masa mudanya.
            Mari hargai waktu yang telah diberikan oleh Nya, jangan sampai ia dilewatkan dengan sia-sia. Guna menggapai kebahagiaan dan kesuksesan di masa yang akan datang, dalam arti kata bahagia di dunia dan di akhirat.

Rabu, 22 Juni 2011

FORUM KOMUNIKASI PEMUDA ISLAM: PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS.KERJASAMA FKPI DENGAN PT. KINTAP JAYA WATINDO

FORUM KOMUNIKASI PEMUDA ISLAM: PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS.KERJASAMA FKPI DENGAN PT. KINTAP JAYA WATINDO: "Lihat profil lengkapku"

MATIKAN ROKOK SEBELUM ROKOK MEMATIKAN ANDA

Hidup tanpa rokok bagai makan tanpa lauk.Ya, itulah slogan segelintir orang yang sudah kecanduan pada rokok. Bagi mereka, tidak makan satu hari lebih baik daripada tidak merokok dalam sehari. Terkadang kita dapati mereka meminta-minta demi mendapatkan sebatang rokok. Ironis memang keadaan masyarakat sekitar kita, namun itulah kenyataan yang terjadi. Tradisi merokok sudah berakar dari masyarakat pedesaan sampai perkotaan, yang putus sekolah sampai yang berpendidikan tingkat tinggi bahkan sudah merambah pada anak-anak di bawah umur ( baca : anak sekolah SD dan SMP ).
Perbedaan pendapat pun terjadi di kalangan ulama, di satu kubu mengharamkan hukumnya rokok dan di kubu yang lain mengambil hukum makruh.Tentu saja mereka menetapkan suatu hukum dilandasi dengan dalil masing-masing yang mereka jadikan pegangan. Bukan karena "Ada udang di balik ba'wan" alias bukan ada maksud yang dilandasi dengan hawa nafsu.
Pada dasarnya manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu mencoba hal-hal yang baru. Ketika seorang anak memasuki masa ABG, apa yang dilihat, di dengar dan di rasa akan memicu mereka untuk mencoba. Awalnya sich coba-coba, eehh jadi kebutuhan, ya, mungkin itulah gambaran yang tepat bagi mereka yang telah kecanduan  rokok yang pada akhirnya akan merugikan mereka  sendiri. Mereka beranggapan bahwa  merokok merupakan citra eksekutif, macho, gaya hidup modern (trendy) dan ciri khas lelaki (kejantanan).
Terlepas dari kontroversi itu semua, apa itu hukumnya haram atau makruh, bila kita mengamati dari setiap bungkus rokok tertera peringatan pemerintah : "MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN". Apakah mereka tidak membaca atau tidak mau tahu? Lantas usaha apa yang ditempuh oleh instansi terkait (pemerintah) tentang pencegahan anak usia dini dalam merokok khususnya dan pengkonsumsian rokok secara umum. Dan jangan sampai peringatan pemerintah tentang larangan merokok tersebut dijadikan sebuah anekdot hanya dikarenakan sebagai pelengkap untuk  mengimplementasikan Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009, "MEROKOK DAPAT MERUGIKAN KESEHATAN TAPI TANPA ROKOK DAPAT MERUGIKAN PEMERINTAH" atau "MEROKOK DAPAT MENGEKSISKAN TERUS SIARAN SEPAKBOLA PILIHAN DAN MEMBERI JUTAAN LAPANGAN KERJA BAGI WARGA INDONESIA"
Memang Permasalahan rokok di tanah air masalah yang komplit. tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang yang sama, dari satu segi ada hukum haram dan makruh, satu segi lagi ada kesehatan yang wajib di jaga dan di segi lain ada faktor ekonomi yang menjalankan roda kehidupan.
Akhirnya,  akal yang sehat dan  hati nurani jualah yang akan menjawab ini semua. Apakah akan berhenti  atau meneruskan rutinitas rokoknya, bagi yang belum kecanduan, jangan pernah mencoba dan jauhilah diri dari rokok. Jadi, matikan rokok anda sebelum rokok mematikan anda! :-)

Minggu, 19 Juni 2011

URGENNYA ILMU AGAMA DALAM MENYIKAPI PERKEMBANGAN SAINS MODERN


            Sudah menjadi ciri khas makhluk hidup adalah berkembang. Berkembang dalam segala hal, baik itu perubahan dari postur tubuh, suara maupun pola pikir. Tidak luput dari itu semua,  perkembangan pola pikir manusia juga mengalami perkembangan yang  melaju pesat. Dikarenakan perkembangan pola pikir ini di picu oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang selalu mengalami dinamisasi, maka begitu pula dengan pola pikir. Mengenai dinamisasi ilmu pengertahuan itu sendiri sudah disadari oleh para ulama. Al-mawardi menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan itu tak mengenal batas. Setiap ilmu memiliki keutamaan, karakteristik serta keistimewaannya masing-masing. Menguasai seluruh disiplin ilmu pengetahuan sangat mustahil untuk dilakukan.
            Alhasil, ilmunya Allah tidak terbatas dan bagai lautan yang tak bertepi. Dan yang di anugerahkan kepada makhluknya hanyalah sedikit. Hal itu selaras dengan firman-Nya di dalam Surat Al-Isra ayat 85 :
وَمَا أوْتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلاّ قَلِيْلا
            Kegelisahan intelektual yang lepas dari alur yang telah dirumuskan oleh para pendahulunya ( baca : salaf ) yang telah dialami oleh segelintir kaum intelektual muda, sehingga sampai berani menabrak rambu-rambu yang telah disepakati, merupakan fenomena yang sudah menjamur di bumi pertiwi ini. Tatkala sebuah rumusan yang telah memasuki ranah kesepakatan umat (ijma’), maka secara otomatis ia telah bermetamorfosis menjadi ketentuan rumus yang baku dalam agama. Dikarenakan sudah menjadi ketentuan yang baku yang tidak dapat dirubah lagi, maka bagi setiap pemeluknya ( umat ) berkewajiban menerima apa adanya. Pemberontakan pada ajaran agama pada saat sudah menjadi kecenderungan yang baru bagi seseorang ( intelektual ), maka sangat dikhawatirkan ia tergelincir ke dalam lembah kemurtadan yang sudah pasti tidak di ridhoi oleh Allah swt.
            Seiring perkembangannya sains modern telah mengubah pola pemikiran dan dinamika sosial umat. Pergeseran tidak hanya terjadi dalam bidang sosio-kultural, ekonomi dan politik bahkan sudah memasuki wilayah filsafat dan agama. Mungkin sebuah gambaran yang konkrit tentang perubahan tersebut yang sudah mulai terkikis dan memudar dalam masyarakat kita adalah kegiatan gotong-royong. Ya, gotong-royong! Kalau dulu, ada yang bangun rumah secara berbondong-bondong warga setempat ikut serta, andil diri dan bahu-membahu membantu. Tapi sekarang kegiatan gotong-royong tinggal cerita bagi anak didik yang duduk di bangku sekolah. Kalau dulu apa yang diucapkan oleh ulama menjadi suatu ketetapan yang tak terelak, tapi sekarang perkataan mereka di telaah ulang bahkan di abaikan dengan dalih tidak relevan lagi.
            Berlandaskan hal di atas, betapa urgennya ilmu agama ( baca : IMTAK ) dalam menyikapi kemajuan ilmu sains modern ( baca : IPTEK ) yang menuntut segala suatu pada hal-hal yang relevan, bersifat rasio dan mampu di cerna oleh akal manusia. Padahal banyak hal yang tak dapat dirasiokan yang sudah menjadi dogma agama. Islam tidak melarang pemeluknya untuk mempelajari sains modern tetapi penting dari itu hendaklah ia mendahulukan pengetahuan tentang keagamaan, karena kehidupan bukan hanya di alam dunia yang fana ini tetapi jauh dari hal itu ada kehidupan di alam akhirat yang kekal.
           

Jumat, 17 Juni 2011

hati-hati dengan hal yang remeh

Manakala kita berani untuk memutuskan menjalin sebuah hubungan dengan seseorang , maka jangan anggap hal yang remeh sebagai hal yang remeh.  sebab, ketika dua orang telah menjalin suatu hubungan hati yang mendalam, maka bisa jadi hal yang tampaknya remeh akan menjadi sesuatu yang berakibat tidak lagi di pandang remeh.  dan hal yang paling mengenaskan lagi adalah banyaknya kenyataan  bahwa hubungan antara dua orang berakhir, justru disebabkan oleh hal-hal yang remeh yang dibiarkan menjadi besar karena kekurangpedulian untuk mengatasinya. Siapa yang akan merasakan akibatnya? Kita sendiri bukan ?
            Sekali lagi, jangan pernah meremehkan hal yang remeh, karena bisa jadi, itulah itulah yang akan membawa perubahan besar dalam  hidup kita. Hal-hal yang sepele tak segera tampak oleh kasat mata kita dan secara tiba-tiba bisa menjadi pedang yang membunuh dalam diam. Yang pada akhirnya, kita akan meratapi dan menyesali sesuatu yang telah lewat ketika segala peristiwa yang dikhawatirkan benar-benar terjadi dan menjadi kenangan hidup yang pahit dan menyiksa. Bagi orang-orang yang menganggap rasa cinta atau kasih sayang adalah sesuatu yang tertinggi, luhur dan suci yang dapat di raih manusia sepanjang hidupnya, kenangan indah yang yang pernah terajut dengan benang kasih bila tidak dapat lagi dikembalikan, maka itu menjadi neraka yang terus membayangi langkah masa depan mereka. Jadi, kehilangan yang hakiki adalah bukan dikarenakan perpisahan fisik dengan orang yang disayangi, namun perpisahan terjadi saat dua hati enggan dipersatukan oleh ikrar suci untuk selalu bersama dalam suka maupun duka.
            Hubungan antara dua anak Adam yang dipertemukan oleh takdir dalam ikatan suci lalu merajut hari-hari bersama dalam jalinan kasih yang diwarnai suka dan duka.
            Hubungan tanpa konflik adalah sesuatu yang hambar, tidak ada corak di dalam nya dan tak layak untuk diceritakan karena tak ada nilai yang indah. Lantas bagaimana kita tuk menyikapinya, ketika hal-hal yang remeh datang bermunculan? Apakah dengan marah, senyum sinis atau hal-hal yang lain yang bernuansa merendahkan? Yang pada akhirnya akan menghasilkan keretakkan atau bahkan putusnya sebuah tali kasih.
            Untuk mengatasi hal-hal yang remeh yang berakibat fatal adalah adanya saling memahami satu sama lain serta keterbukaan dari ke dua belah pihak dalam rangka komunikasi dua arah. Namun, apabila sesuatu yang dikhawatirkan terjadi jua, adanya perpisahan yang harus terjadi maka yakin dan tawakkal dalam menyikapi takdir dari-Nya. Karena pada prinsipnya, Allah Dzat Yang Maha Tahu akan segala hal yang ghoib. Jauhilah pertanyaan “Apa, mengapa dan kenapa”, karena hal tersebut perkataan orang yang tidak memahami akan takdir dan menunjukkan ketidakrelaan akan sesuatu yang telah ditentukan-Nya.

Kamis, 16 Juni 2011

CINTA DAN ORANGTUA

Jika ada seorang anak gadis mengatakan pada orangtuanya bahwa ia akan menikah atau ia sudah punya pasangan hidup, maka biasanya ia akan di berondong pertanyaan oleh orangtuanya, “Dia pekeerjaannya apa?, kerja dimana?, penghasilannya berapa sebulan?. Atau dengan pertanyaan lain yang masih sejenis. Dan bila kita translit dengan bahasa lain, “Cinta sich boleh saja, tapi kan cintakan tidak hanya cukup dengan cinta, dalam cinta harus ada kepastian masa depan. Ada proses materialisasi cinta, kalkulasi hati dan status sosial. Bukan karena orangtua hendak menarik keuntungan bagaikan seorang saudagar atau mengeruk keuntungan, tapi semata-mata hanya ingin melihat sang anak bahagia.
            Sudah barang tentu, semua orangtua ingin melihat anaknya bahagia, sekarang dan masa datang, maka jika perlu pakai rumus : “Masa kecil bahagia, remaja dimanja, dewasa dapat suami kaya, punya anak cantik jelita dan mati masuk surga. Ideal memang rumus tersebut, tapi jauh dari pada itu persoalannya, apakah arti kebahagiaan itu dan siapakah yang akan menikmati kebahagiaan itu? Semuanya relatif, absurd dan abstrak. Oleh karena jawaban dari pertanyaan tersebut bersifat individual, pribadi, non-eksak dan tak ada standarisasi yang pasti, maka orangtua mengambil jalan pintas dan potong kompas, ukuran kebahagiaan minimal adalah jaminan hidup mapan dalam arti jaminan yang berupa materi.
            Persoalannya lagi adalah, dapatkah cinta dilihat dari sudut pandang logika? Sedangkan dalam kehidupan ini ada hal-hal yang tak dapat di logika. Karena sesungguhnya logika dalam cinta adalah tak mengenal apa-apa. Cinta hanya mengenal cinta. Seandainya cinta dilogikakan dengan angka, maka itu cintanya kaum pedangang. Dan dalam logika kaum pedagang adalah yang penting untung. Tetapi bagaimana mungkin cinta di pandang dari sudut untung-rugi?
            Jika cinta dilihat dari untung-rugi, maka betapa banyak kerugian yang di derita oleh kaum pecinta, karena tangis dan air mata, tidur yang tertunda, jiwa yang selalu berkhayal tentang kekasihnya, ribuan rangkaian kata yang berterbangan lewat surat, rayuan maut yang di kumandangkan via telpon bersamaan larutnya pulsa  atau bahkan berapa banyak pengorbanan yang ia korbankan. Semua itu tak ternilai harganya. Dan oleh kaum pecinta, semuanya tak di anggap sebagai pengorbanan. Karena bagi mereka dalam cinta tak ada istilah pengorbanan.
            Lantas di manakah ukuran cinta sejati itu? Apakah cinta yang sejati hanya di miliki oleh Qais dan Layla, Romeo dan Julietnya, Hamid dan Zainab.  Mungkin di hati, bisa di rumah mewah, di langit atau nirwana atau mungkin di tanah pekuburan.
            Di saat belaian tangan cinta menyentuh sukma, maka tiadalah artinya kekejaman bangsa Romawi, bengisnya Bangsa Bar-bar tak akan sanggup ‘tuk melawannya. Memang benar apa yang dikatakan Plato “Pada sentuhan cinta setiap orang menjadi penyair”. Cinta akan membuat penakut jadi pemberani seperti Iskandar Zulkarnain, cerdik melebihi Albert Einstein. Dan jiwanya selembut angin yang bertiup sepoi-sepoi di sore hari.
            Kaum pecinta tidak akan meneteskan air mata dari matanya, melainkan darah dari jantungnya.bg mereka tiada ada kata yang terindah kecuali kata yang keluar dari hati yang terpancar melalui mata sang kekasihnya. Bahasa kalbu yang di transfer lewat mata bagai sinar mentari yang memberikan sumber kehidupan. Untaian kata yang keluar dari mereka akan menjelma menjadi sebuah kitab suci, luhur dan tak terbantahkan.
            Jika demikian adanya, apa dan siapakah makhluk yang bernama Cinta? Apakah Qais Dan Layla, Romeo dan Juliet dan Hamid dan Zainab yang mampu menjawab. Mereka hanya mampu merasakan kehadiran cinta, meminum pahit getirnya empedu perpisahan, namun mereka tak sanggup berbicara apa-apa tentang cinta.
            Cinta adalah misteri, bagi mereka harta, pangkat dan kekayaan dunia  dengan seluruh isinya tidak ada bandingannya bagi mereka. Sudah banyak cerita tentang cinta di dunia ini yang menjelaskan ketidakjelasan cinta. Namun sayang tidak semua manusia yang memiliki cinta. Cinta yang tercemar oleh rezimnya otoriter, kaum kapitalis-feodalis, penganut faham materialistis dan kebanyakan politisi. Di hati mereka tidak ada cinta, hingga gemar menumpahkan darah, memakan bangkai saudara sendiri dan menghisap tenaga manusia dengan upah rendah, mempolitisir serta mengeksploitir jiwa-jiwa manusia hanya demi kekuasaan, takhta dan status sosial.
            Padahal cinta itu buta. Buta akan kekuasaan, takhta serta status sosial. Cinta adalah sebuah daya dorong yang melahirkan dinamika dalam hidup dan kehidupan dan tetap bertahan dari generasi ke generasi. Cinta adalah bentangan sejarah yang ceritanya tetap relevan, di kenang dan di pikirkan serta ceritanya dikisahkan.
            Kisah cinta dua anak manusia yang masih terbelenggu dalam kelaziman adat-istiadat yang telah tumbuh mengakar di tengah masyarakat. Cinta yang harus kalah dengan pertanyaan “Apa yang ia miliki” , “Dia tak sepadan dengan kita” atau masih banyak lagi pertanyaan yang semakna.
            Sejatinya, kebanyakan gadis memiliki sifat yang lugu, jujur dan mempunyai cinta yang tulus, namun ketika sentuhan-sentuhan dunia luar meninabobokannya, ia bingung, gamang, bimbang serta tidak sabar dalam proses penyesuaian diri.
            Sehingga akhirnya cinta mereka harus berakhir dengan tragis, gara-gara orangtua dan lingkungan yang tak mengijinkan ia berhubungan dengan lelaki yang menurut mereka tidak mempunyai masa depan. Namun masa depan tidak selalu dapat di rencanakan, terkadang muncul secara tiba-tiba dan menuntut manusia untuk menggapai sukses.
            Mungkin ini hanya sebuah wacana, namun tidak menutup kemungkinan terjadi di alam ini. Sebagai bahan renungan bagi para orangtua, masyarakat dan diri kita masing-masing agar lebih bijak dalam mengambil keputusan, lebih arif dalam menyikapi masalah sehingga dalam mengambil sebuah keputusan bukanlah keputusan dari sebelah pihak. Alangkah lebih ideal jika anak mengikuti apa kata orangtuanya sedangkan orangtua mendengarkan keluh kesah anaknya. Sehingga dapat di ambil titik temu dari keduanya dan mengambil keputusan dari ke dua belah pihak.

Minggu, 05 Juni 2011

أقسام الكلام

Pembagian kalam ( أقسام الكلام )
kalam dalam bahasa arab atau kata terbagi 3 :
    1. اسم (kata benda)
     contoh : قَلم (pulpen), دفتر (buku tulis), ثوب (baju).
    2. فعل (kata kerja)
     contoh : رقد (tidur), نصر (menolong), جلس (duduk).
    3. حرف (kata benda)
     contoh : من (dari), إلى (ke), على (di atas).

SINGKATAN DAN AKRONIM


  • Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata.
  • Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal maka dalam penulisannya harus ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh : TNI, ABRI, IKIP, HAMKA.
  • Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dari deretan huruf tersebut maka ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh : Bappenas, Forkot, Gapensi.
  • Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata maka di tulis dengan huruf kecil semuanya. Contoh : pemilu, rudal,sidak.
.

Jumat, 03 Juni 2011

pohon yang kehilangan rohnya


kali ini ada certa tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan.
          Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya kebiasaan yang menarik, yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebiasaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk di potong dengan kapak.
          Inilah yang mereka lakukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya mudah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan apayg terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu dahannya juga akan mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.
          Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguh aneh. Namun, kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap makhluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya dalam waktu panjang makhluk hidup itu akan mati. Nah sekarang apa yang bisa pelajari dari kebiasaan penduduk primtif ini di kepulauan Solomon? O, sangat berharga sekali!
         

Renungan:

Mengapa teriakan dilakukan? Biasanya, seseorang melakukan teriakan untuk memanggil orang yang jauh darinya. Dan apabila terjadi teiakan di antara dua orang yang berdekatan maka pada hakikatnya mereka berdua berjauhan.Ingatlah baik-baik bahwa setiap kali anda berteriak kepada makhluk hidup tertentu maka berarti anda sedang mematikan rohnya.

Rabu, 01 Juni 2011

Kisah orang tua bijak


 ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja mengingikan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat. Orang-orang menawarkan  harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak: “kuda ini bukan kuda bagi kuda bagi saya”, katanya: “ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat? Orang itu miskin dan godaan besar, tetapi ia tidak menjual kuda itu.
          Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada dikandangnya. Seluruh penduduk desa datang menemuinya. “orang tua yang bodoh” mereka mengejek dia: “sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan kau akan dirampok. Anda begitu miskin, mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh mnt harga berapa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan”. Orang tua itu menjawab: “jangan bicara terlalu cepat, katakan saja kuda itu tidak berada dikandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya dikutuk atau tidak, bagaimana kalian dapat ketahui itu? Bagaimana kalian dapat menghakimi?” orang-orang desa itu protes: “jangan menggambarkan kami orang sebagai  bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak diperlukan. Fakta sederhana bahwa kuda hilang adalah kutukan”. Orang tua itu berbicaara lagi: “yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi, selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu yang akan terjadi nanti?. Orang-orang tertawa. menurut mereka orang tua itu gila. Mereka memang selalu menganggap orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang mereka sudah membuktikan bahwa ia betul-betul orang yang tolol.
          Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak dicuri, ia lari kedalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul disekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan: “orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat, maafkan kami”. Jawab orang tua itu: “ sekali lagi kalian bertindak gegabah, katakan saja bahwa kuda itu sudah kembali. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menghakimi. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? kalian hanya melihat sepotong saja, kecuali kalau  kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan?  Apakah kalian mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu kuas, namun kalian menilai seluruh hidup berdasarkan satu kejadian atau satu peristiwa! Yang kalian tahu hanyalah sepotong.
          “barangkali orang tua itu benar “, mereka berkata satu sama lain. Jadi mereka tidak banyak bicara. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah . mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian binatang itu dijual untuk menghasilkan banyak uang.
          Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda itu dan kedua kakinya patah. Sekali lagi penduduk desa berkumpul disekitar orang tua itu dan menilai. “kamu benar, kata mereka: “kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat, mereka adalah kutukan, satu-satunya putramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak punya siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi. lalu orang tua itu menjawab: “ya, kalian kesetanan dengan pikiran kalian untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya ppatah kaki. Siapa tahu itu berkat atau bukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong.
          Maka terjadilah setelah dua minggu kemudian, negeri itu terjadi peperangan dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua itu tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang-orang berkumpul disekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. “kamu benar, orang tua”, mereka mengangis: “Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Sedangkan anak-anak kami pergi untuk selamanya”. Kemudian orang tua itu menjawab: “tidak mungkin berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu.katakan hanya ini: “anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan.tdk ada yang cukup bijaksan untuk mengetahuinya. Hanya Allah yang maha mengetahui.

Renungan:

Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari sebuah buku yang besar. Bagaimana mungkin kita dapat menarik kesimpulan jika kita hanya membaca satu halaman.
         

MAKNA KATA

MAKNA DARI SEBUAH KATA
Kita sebagai anak bangsa Indonesia, tidaklah salah kalau kita mempelajari apalagi memperdalam bahasa ibu pertiwi sebagai bukti "AKU ANAK INDONESIA". Jangan beranggapan kalau orang yang terlahir di sebuah tempat, hidup dari hasil alamnya bahkan akan berkubur di tanahnya, pasti memahami bahasa sekitarnya. 

Untuk mengantisipasi hal tersebut, ayo kita melek dikit tentang makna dari sebuah kata!

Bahasa kita mengenal dua bentuk kata, yaitu :
  1. Makna denotasi, makna yang sebenarnya Contoh : Budi memetik bunga di taman
  2.  Makna konotasi, yakni makna yang bukan sebenarnya. Contoh : Cut nyak dien gugur sebagai bunga bangsa